Selasa, 23 November 2010

Tiga Sajak tentang Takdir

Alunan Nasib

di pelepah batang pisang
ada ketulusan getah
yang mengalir tabah
walau jantung harus rebah
terhujam sebilah galah

lalu di dahan-dahan mangga
ada kesabaran ranting
yang tak kenal murung
walau tunas paling ujung
kadang putus dipatuk burung

dan tiap helai rumput
takkan pernah takut
terinjak ataupun tercabut
juga tiap hijau lumut
takkan pernah kalut
walau matahari terik
menjadikannya kering dan kusut

sebab goresan kalam
adalah penanda hakiki
pergantian siang dan malam
bahwa seelok apapun
manusia, tetap bayangannya
akan selalu hitam

dan segala gejala alam
maupun bencana yang timbul tenggelam
hanyalah guratan nasib
tak mungkin manusia tegar
tak mungkin manusia kuat
tak mungkin manusia bangkit
tanpa merasakan sakit

dunia akan tetap dunia
yang selalu menyajikan
cinta dan kenangan manis
walau mungkin saja
akhir hidupku akan lebih tragis
dari segala sajak liris
yang pernah kutulis

Kehilangan

akan kepergian nyawa-nyawa
yang dibenci
kita menatap,
akan kehilangan jiwa-jiwa
yang dikasihi
kita meratap

hanya bayangan yang setia
menandai jejak langkah
raga yang rebah,
rasa yang resah,
hanya angan yang berani
menyepi, sendiri
melayang-layang di perantara
langit dan bumi

dan sungguh, tiap-tiap jiwa
akan merasakan
mati

Sajak Orang yang Tabah dalam Keputusasaan

hanya detik
yang tak pernah
melambat

hanya takdir
yang tak akan
berkhianat



(puisi ini diikutkan dalam antologi puisi kasih - tanah, air, udara.)

0 komentar:

Posting Komentar